Kamis, 18 Juni 2009

Tugas Elegi Filsafat

Elegi Menggapai Bahagia

Pada suatu hari terjadi perbincangan menarik di dalam kerajaan kehidupan. Para penghuni kerajaan tersebut sedang memperbincangkan tentang ‘Apa itu bahagia?’

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-2 :
Hidup ke-2, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-2 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Aku punya banyak uang, aku punya banyak emas di istanaku, aku punya banyak istri yang semuanya cantik, dan aku punya kekuasaan. Aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan.

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-3 :
Hidup ke-3, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-3 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Hidupku mapan. Aku punya pekerjaan tetap, aku punya penghasilan yang lebih dari cukup, aku punya istri yang sabar melayaniku, aku punya anak-anak yang dapat dibanggakan, dan aku punya rumah yang sangat nyaman untuk kutempati bersama anak istriku.

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-4 :
Hidup ke-4, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-4 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Aku punya prestasi yang luar biasa. Waktu SD aku menjadi juara siswa teladan. Waktu SMP aku juara olimpiade matematika. Waktu SMA aku menjadi lulusan terbaik. Waktu kuliah aku tidak pernah absen dari memperoleh beasiswa. Dan saat bekerjapun, rekan-rekan sekantorku selalu memuji hasil kerjaku.

Kemudian hidup ke-1 termenung. Ia memikirkan bahagianya. Ia memikirkan kira-kira apa yang bisa membuat ia bahagia. Karena sampai saat ini ia belum juga bisa merasakan yang namanya bahagia. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa aku tidak bahagia ? Kenapa bahagia tidak datang menghampiriku ?

Pada suatu hari, hidup ke-1 bertemu dengan cermin ajaib. Ia bertanya kepada bayangannya sendiri yang berada di dalam cermin ajaib tersebut:
Wahai bayanganku, sekiranya apakah aku merasa bahagia?

Kemudian si bayangan yang berada di cermin ajaib itu menjawab :
Ya ! Aku bahagia, kamu bahagia, sangat bahagia !

Hidup ke-1 bertanya lagi:
Kenapa aku bahagia dan bagaimana aku meraih kebahagiaan itu?

Si bayangan menjawab sambil tersenyum manis:
Aku tahu aku pasti akan bahagia. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia. Ada banyak hal yang mambuat aku bahagia, bahkan terlalu banyak, sehingga aku tidak akan bisa menjawab saat ada orang yang melanjutkan bertanya apa yang membuat aku bahagia. Kebahagiaanku ada diujung sana dan aku harus meraihnya dengan cara apapun, meski harus dengan tertatih-tatih. Kebahagiaan akan menjadi milikku, aku yakin itu ! Allah terlalu sayang padaku, cinta-Nya terlampau banyak padaku. Dan itu yang membuat aku harus merasakan bahagia yang sesungguhnya, kebahagiaan yang hakiki. Tidak peduli suka maupun duka, karena sukaku adalah bahagiaku, dukaku adalah bahagiaku. Tawaku adalah bahagiaku, tangisku adalah bahagiaku. Ya…karena bagiku, tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Aku harus bahagia ! Dan aku yakin aku akan selalu bahagia, karena bahagia itu memang milikku, milik setiap insan.

Hidup ke-1 melanjutkan bertanya kepada bayangannya sendiri:
Terus bagaimana seharusya aku memaknai hidupku dan kehidupanku agar aku bisa menggapai bahagiaku ?

Si bayanganpun menjawab :
Bagiku hidup adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, apapun bentuknya. Ya, hidupku harus aku perjuangkan jika aku mau menang dalam hidup. Hidup adalah tekad. Memaknai, memahami, mengerti, kemudian memenangkan hidupku. Itulah yang harus selalu aku perjuangkan. Kehidupan adalah suatu proses yang akan selalu berjalan selama aku hidup. Akan ada tuntutan untuk belajar dan belajar. Ada hal-hal yang musti kita terima saat kehidupan berjalan jauh dari apa yang kita inginkan. Kelihatannya seperti sia-sia. Tapi sungguh…ia telah banyak mengajariku bagaimana seharusnya menjadi tongkat yang baik, bahkan aku juga harus belajar bagaimana seharusnya menjadi tempat sampah yang baik pula. Sepertinya enggan untuk berjalan, tapi ini adalah garis kehidupanku, yang ia ada karena aku ada. Aku hanya ingin berusaha untuk tetap survive karena memang itu satu-satunya jalan yang harus aku tempuh huntuk menggapai segala bahagia yang memang menjadi milikku, milik setiap insan.
Saat aku mencoba memaknai hidup, saat itu juga aku akan mendapatkan sesuatu yang berharga dalam hidupku. Saat aku mencoba memaknai arti kedewasaan dari umurku yang semakin bertambah, saat itu juga akan aku temukan diriku yang semakin dewasa. Sedikit ataupun banyak, pelan ataupun cepat. Yang jelas, segala sesuatu dalam hidup dan kehidupan ini akan selalu berproses. Bahagiakupun akan selalu berproses. Ia akan menemukan jalannya sendiri.

Hidup ke-1 bingung. Lalu ia bertanya lagi dan lagi.... :
Lalu bagaimana aku bisa mengerti dan memahami hidup dan kehidupanku? Aku semakin tidak mengerti apa yang aku alami selama ini ?

Si bayangan menjawab lagi dan lagi… :
Semakin aku mengerti dan memahami apa yang diinginkan hidup, semakin diriku dimengerti dan dipahami pula oleh hidup. Aku harus mampu menerima apa yang diberikan oleh hidup dan tidak menuntut apa yang tidak diberikan oleh hidup.

Hidup ke-1 bertanya lagi lagi dan lagi ... :
Berarti aku menyerah untuk menerima apa yang tidak diberikan oleh hidupku sendiri ?

Si bayangan menjawab lagi lagi dan lagi ... :
Bukan...!!! Menerima bukan lantas pasrah dan tanpa usaha. Karena usaha yang akan menjadikan hidupku lebih berarti, dan pasrah yang akan membuatku selalu bahagia. Aku akan coba untuk mengerti apa yang dimau hidup, karena hidup adalah mengolah kehidupan.

Hidup ke-1 bertanya lagi lagi lagi dan lagi ... :
Wahai bayangan..., detik demi detik, hari demi hari, hingga tahun berganti tahun berikutnya, aku merasa diriku semakin tua. Jika sekarang aku bahagia, apakah semakin tua aku akan semakin bahagia ? Atau sebaliknya ?

Si bayangan menjawab lagi lagi lagi dan lagi ... :
Tidak ada yang lebih berharga dari usiaku yang semakin bertambah, melainkan semakin bertambahnya iman dan taqwaku. Harus semakin dewasa dan semakin bijak dalam menghadapi setiap persoalan. Ingat satu hal bahwa semakin aku dewasa, maka semakin besar pula masalah yang akan aku hadapi kelak. Tapi, jangan takut ! Karena masalah-masalah itulah yang akan semakin mendewasakanku. Masalah-masalah itulah yang akan membuat hidupku menjadi lebih hidup dan lebih berarti. Percayalah…akan datang suatu masa dimana aku akan tersenyum bangga melihat hidup dan kehidupanku di masa lalu.
Tetap menjadi ’aku’ yang selalu bahagia!! Tetap menjadi ’aku’ yang selalu semangat dalam menjalani kehidupan!! Selalu ceria, tersenyum, bahagia, dan SEMANGAT, seperti apapun keadaannya!! Maka aku akan temukan kebahagiaan yang hakiki, bahagia yang tidak akan pernah lekang oleh waktu, bahagia yang tidak akan pernah pudar karena semakin tua usia, dan bahagia yang tidak akan pernah musnah karena kematian sekalipun.

Hidup ke-1 lega karena ia kini telah merasa menemukan bahagianya. Bahagia yang tidak akan pernah direbut oleh siapapun, bahagia yang tidak akan pernah terebut oleh apapun. Karena bahagianya tersimpan dalam-dalam di hatinya. Bahagianya terkunci rapat-rapat dalam rasa syukur yang tiada bertepi.

Tugas Elegi Filsafat

Elegi Menggapai Bahagia

Pada suatu hari terjadi perbincangan menarik di dalam kerajaan kehidupan. Para penghuni kerajaan tersebut sedang memperbincangkan tentang ‘Apa itu bahagia?’

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-2 :
Hidup ke-2, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-2 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Aku punya banyak uang, aku punya banyak emas di istanaku, aku punya banyak istri yang semuanya cantik, dan aku punya kekuasaan. Aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan.

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-3 :
Hidup ke-3, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-3 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Hidupku mapan. Aku punya pekerjaan tetap, aku punya penghasilan yang lebih dari cukup, aku punya istri yang sabar melayaniku, aku punya anak-anak yang dapat dibanggakan, dan aku punya rumah yang sangat nyaman untuk kutempati bersama anak istriku.

Hidup ke-1 bertanya kepada hidup ke-4 :
Hidup ke-4, apakah kamu bahagia? Jika ya, apa yang menyebabkan kamu bisa merasakan yang namanya bahagia?

Hidup ke-4 menjawab :
Of course… I am happy. Tentu saja aku bahagia. Aku punya prestasi yang luar biasa. Waktu SD aku menjadi juara siswa teladan. Waktu SMP aku juara olimpiade matematika. Waktu SMA aku menjadi lulusan terbaik. Waktu kuliah aku tidak pernah absen dari memperoleh beasiswa. Dan saat bekerjapun, rekan-rekan sekantorku selalu memuji hasil kerjaku.

Kemudian hidup ke-1 termenung. Ia memikirkan bahagianya. Ia memikirkan kira-kira apa yang bisa membuat ia bahagia. Karena sampai saat ini ia belum juga bisa merasakan yang namanya bahagia. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa aku tidak bahagia ? Kenapa bahagia tidak datang menghampiriku ?

Pada suatu hari, hidup ke-1 bertemu dengan cermin ajaib. Ia bertanya kepada bayangannya sendiri yang berada di dalam cermin ajaib tersebut:
Wahai bayanganku, sekiranya apakah aku merasa bahagia?

Kemudian si bayangan yang berada di cermin ajaib itu menjawab :
Ya ! Aku bahagia, kamu bahagia, sangat bahagia !

Hidup ke-1 bertanya lagi:
Kenapa aku bahagia dan bagaimana aku meraih kebahagiaan itu?

Si bayangan menjawab sambil tersenyum manis:
Aku tahu aku pasti akan bahagia. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia. Ada banyak hal yang mambuat aku bahagia, bahkan terlalu banyak, sehingga aku tidak akan bisa menjawab saat ada orang yang melanjutkan bertanya apa yang membuat aku bahagia. Kebahagiaanku ada diujung sana dan aku harus meraihnya dengan cara apapun, meski harus dengan tertatih-tatih. Kebahagiaan akan menjadi milikku, aku yakin itu ! Allah terlalu sayang padaku, cinta-Nya terlampau banyak padaku. Dan itu yang membuat aku harus merasakan bahagia yang sesungguhnya, kebahagiaan yang hakiki. Tidak peduli suka maupun duka, karena sukaku adalah bahagiaku, dukaku adalah bahagiaku. Tawaku adalah bahagiaku, tangisku adalah bahagiaku. Ya…karena bagiku, tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Aku harus bahagia ! Dan aku yakin aku akan selalu bahagia, karena bahagia itu memang milikku, milik setiap insan.

Hidup ke-1 melanjutkan bertanya kepada bayangannya sendiri:
Terus bagaimana seharusya aku memaknai hidupku dan kehidupanku agar aku bisa menggapai bahagiaku ?

Si bayanganpun menjawab :
Bagiku hidup adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, apapun bentuknya. Ya, hidupku harus aku perjuangkan jika aku mau menang dalam hidup. Hidup adalah tekad. Memaknai, memahami, mengerti, kemudian memenangkan hidupku. Itulah yang harus selalu aku perjuangkan. Kehidupan adalah suatu proses yang akan selalu berjalan selama aku hidup. Akan ada tuntutan untuk belajar dan belajar. Ada hal-hal yang musti kita terima saat kehidupan berjalan jauh dari apa yang kita inginkan. Kelihatannya seperti sia-sia. Tapi sungguh…ia telah banyak mengajariku bagaimana seharusnya menjadi tongkat yang baik, bahkan aku juga harus belajar bagaimana seharusnya menjadi tempat sampah yang baik pula. Sepertinya enggan untuk berjalan, tapi ini adalah garis kehidupanku, yang ia ada karena aku ada. Aku hanya ingin berusaha untuk tetap survive karena memang itu satu-satunya jalan yang harus aku tempuh huntuk menggapai segala bahagia yang memang menjadi milikku, milik setiap insan.
Saat aku mencoba memaknai hidup, saat itu juga aku akan mendapatkan sesuatu yang berharga dalam hidupku. Saat aku mencoba memaknai arti kedewasaan dari umurku yang semakin bertambah, saat itu juga akan aku temukan diriku yang semakin dewasa. Sedikit ataupun banyak, pelan ataupun cepat. Yang jelas, segala sesuatu dalam hidup dan kehidupan ini akan selalu berproses. Bahagiakupun akan selalu berproses. Ia akan menemukan jalannya sendiri.

Hidup ke-1 bingung. Lalu ia bertanya lagi dan lagi.... :
Lalu bagaimana aku bisa mengerti dan memahami hidup dan kehidupanku? Aku semakin tidak mengerti apa yang aku alami selama ini ?

Si bayangan menjawab lagi dan lagi… :
Semakin aku mengerti dan memahami apa yang diinginkan hidup, semakin diriku dimengerti dan dipahami pula oleh hidup. Aku harus mampu menerima apa yang diberikan oleh hidup dan tidak menuntut apa yang tidak diberikan oleh hidup.

Hidup ke-1 bertanya lagi lagi dan lagi ... :
Berarti aku menyerah untuk menerima apa yang tidak diberikan oleh hidupku sendiri ?

Si bayangan menjawab lagi lagi dan lagi ... :
Bukan...!!! Menerima bukan lantas pasrah dan tanpa usaha. Karena usaha yang akan menjadikan hidupku lebih berarti, dan pasrah yang akan membuatku selalu bahagia. Aku akan coba untuk mengerti apa yang dimau hidup, karena hidup adalah mengolah kehidupan.

Hidup ke-1 bertanya lagi lagi lagi dan lagi ... :
Wahai bayangan..., detik demi detik, hari demi hari, hingga tahun berganti tahun berikutnya, aku merasa diriku semakin tua. Jika sekarang aku bahagia, apakah semakin tua aku akan semakin bahagia ? Atau sebaliknya ?

Si bayangan menjawab lagi lagi lagi dan lagi ... :
Tidak ada yang lebih berharga dari usiaku yang semakin bertambah, melainkan semakin bertambahnya iman dan taqwaku. Harus semakin dewasa dan semakin bijak dalam menghadapi setiap persoalan. Ingat satu hal bahwa semakin aku dewasa, maka semakin besar pula masalah yang akan aku hadapi kelak. Tapi, jangan takut ! Karena masalah-masalah itulah yang akan semakin mendewasakanku. Masalah-masalah itulah yang akan membuat hidupku menjadi lebih hidup dan lebih berarti. Percayalah…akan datang suatu masa dimana aku akan tersenyum bangga melihat hidup dan kehidupanku di masa lalu.
Tetap menjadi ’aku’ yang selalu bahagia!! Tetap menjadi ’aku’ yang selalu semangat dalam menjalani kehidupan!! Selalu ceria, tersenyum, bahagia, dan SEMANGAT, seperti apapun keadaannya!! Maka aku akan temukan kebahagiaan yang hakiki, bahagia yang tidak akan pernah lekang oleh waktu, bahagia yang tidak akan pernah pudar karena semakin tua usia, dan bahagia yang tidak akan pernah musnah karena kematian sekalipun.

Hidup ke-1 lega karena ia kini telah merasa menemukan bahagianya. Bahagia yang tidak akan pernah direbut oleh siapapun, bahagia yang tidak akan pernah terebut oleh apapun. Karena bahagianya tersimpan dalam-dalam di hatinya. Bahagianya terkunci rapat-rapat dalam rasa syukur yang tiada bertepi.

Senin, 16 Maret 2009

Tugas Filsafat II

SEJARAH FILSAFAT

1. Aristoteles (348-321 SM)

Ia terkenal sebagai orang bijak asal Yunani, berasal dari daerah Stagira salah satu kota Macedonia. Bapaknya bernama Nicomachus, dokter berliran Pithagorianisme. Ketika memasuki usianya yang ke-18, ia belajar kepada Plato dan menetap di sana selama 20 tahun.

Setelah Plato meniggal, ia diangkat sebagai pendidik Alexander anak dari Philip, yang kelak terkenal sebagai Alexander Agung dari Macedonia (Dzul Qarnain). Ketika Alexander menjadi raja (336 SM), Aristoteles kembali ke Stagira, kemudian pergi ke Athena. Di sana, ia mendirikan taman pendidikan filsafat, yang berafiliasi kepada aliran Aristetolianism. Akan tetapi sekolah ini hanya aktif selama 12 tahun. Setelah Alexander meniggal, dan terjadi peralihan kekuasaan dari orang Macedonia ke tangan orang-orang Athena, Aristoteles dituduh sebagai orang atheis. Hal ini kemudian yang membuatnya kembali ke Stagira agar tidak tidak tertimpa seperti apa yang menimpa Socrates. Tak lama kemudian ia meninggal.

Kajian filsafat Aristoteles memuat seluruh pengetahuan manusia yang ada di masanya. Hal ini yang kemudian membuat filsafatnya sangat terkenal. Dengan kecerdasannya, pendapat-pendapatnya mencakup seluruh fenomena kehidupan, baik yang natural maupun factual dalam kehidupan masayarakat. Aliran filsafatnya biasa disebut dengan paham realistme yang menyikapi wujud sebagaimana adanya, kebalikan dari filsafat Plato yang beraliran idealisme. Plato menamakan dirinya dengan ‘akal’. Sementara Ibnu Rusyd menyebut dirinya sebagai Al-Hakim (orang bijak) atau Al-Hakim Al-Awal (orang bijak pertama). Ia adalah orang yang istimewa, karena telah berhasil meyusun filsafat Yunani secara sistematis, baik dalam struktur maupun udaran ilmu yang dikandungnya serta system kodifikasi maupun tata logikanya.

Di antara karya Aristoteles adalah :

Ø Sam’Al-Kiyan (Mendengarkan Alam). Kitab ini merangkum prinsip-prinsip wujud (being), seperti unsur, gambar, tidak ada (non being), waktu, tempat, dan lain sebagainya.

Ø De Caleo (As-Sama’wa Al-Alam/Langit)

Ø Animalium (Al-Hayawan/Hewan); Kitab An-Nabat, yang dinisbatkan juga sebagai karyanya.

Ø Anima (An-Nafs/Jiwa), yang membahas tentang indera dan yang diindera (al-hiss wa al-mahsus).

Ø Metafisika

Ø Politica

Ø Etika

Ø Organon. Karena mengarang buku ini, Aristoteles mendapat julukan sebagai Guru Pertama dan pencipta ilmu logika.

2. George Berkeley (1685-1753)

Dilahirkan di Irlandia di wilayah Kilkeni. Kakek moyangnya berasal dari Inggris Protestan. Pendidikan tingginya pertama kali ia dapatkan dari Universitas Kilkeni. Kemudian tahun 1700, ia mulai kuliah di Trinity College di Dublin, tempat dimana ia menjadi fellow beberapa tahun. Ia dinobatkan sebagai pendeta pada tahun 1707 dan diangkat menjadi wakil uskup Derry, kemudian setelah 10 tahun menjadi wakil uskup Coloin, kemudian meninggal pada tahun 1753.

Berkeley menulis beberapa karya yang membuat dirinya terkenal semenjak masa mudanya. Yaitu pada usia saat ia pertama kali berkunjung ke Inggris pada tahun1713. Waktu itu usianya baru 28 tahun. Bukunya yang diterbitkan adalah buku An Essay Towards a New Theory of Vision dan buku Treatise on The Principles of Human Knowledge (Pokok-pokok pengetahuan manusia). Pada tahun yang sama, setelah kedua buku tersebut, ia juga menerbitkan buku yang berjudul Three Dialogues between Hylas and Philonous (Tiga dialog antara Hylas dan Philonous). Pada buku-bukunya yang terakhir, ia tidak menambahkan hal-hal baru kecuali sedikit, termasuk pembelaan terhadap pandangan yang diyakininya dalam usia muda, dengan menafsirkan atau menyempurnakan beberapa bagiannya.

Berkeley merupakan salah satu fenomena unik dalam sejarah filsafat. Dalam sejarah filsafat, banyak di antara filosof yang mencoba menguraikan pandangan metafisisnya secara berani, menyeluruh dan terkadang aneh. Dan sebagian lainnya, khususnya para filosof Inggris, mereka menguraikan penjelasan tentang “Persepsi Fitrah Yang Benar” dan pembelaan terhadapnya. Namun, Barkeley adalah sosok langka. Itu dikarenakan dirinya mampu menguasai du alur ini secara bersamaan dengan kecerdasan yang dimilikinya. Dia berhasil memadukan kecenderungan metafisis dan keyakinan agamanya dengan tetp menghormati “Persepsi Umum yang Benar”.

Namun demikian ia tidak mampu merangkai cara pandangnya yang mudah dicerna secara akal kecuali hasil pendekatan perasaannya. Oleh sebab itu, karya-karyanya di sekitar bidang ini terkadang Nampak kurang kukuh. Dan hanya sedikit pembaca karyanya yang mampu mengikuti buah pikirnya.

Penting disebutkan di sini bahwa Barkeley telah mengkhususkan mukaddimah dari bukunya “Pokok-pokok Pengetahuan Manusia” sebagai kajian bahasa. Karena ia berkeyakinan bahwa beberapa kesalahan yang dialami oleh pemikir-pemikir sebelumnya, khususnya John locke adalah terjadi pada kesulitan memahami bahasa yang digunakan. Ia menegaskan bahwa hakekat bahasa tersimpan dalam penggunaannya dan pemahaman akan ungkapan yang digunakan dalam suatu struktur tertentu. Pendapatnya ini merupakan kontribusinya dalam bidang filsafat yang paling besar pengaruhnya.

3. Socrates (470-399 SM)

Filosof Yunani asal Athena. Ia tinggal dan belajar di Athena. Di antara sekian banyak muridnya adalah Plato, Euqleides, dan Aristippus. Akidah dan keyakinan-keyakinannya diketahui melalui tulisan-tulisan Plato dan Aristoteles. Socrates adalah tokoh terakhir pengikut aliran Sophistisme yang memiliki perhatian yang sama dengan tokoh sophistis lainnya terhadap manusia dan perdebatan tentang berbagai pendapat. Namun, kemudian ia berbeda pendapat dengan mereka ketika berpandangan bahwa nilai segala sesuatu adalah absolut, dan ia memperdebatkannya dengan menggunakan ilmu logika.

Gaya bahasa Socrates dalam berdebat memiliki dua keistimewaan. Pertama; menjawab pertanyaan lawannya dengan pertanyaan yang sama untuk mempengaruhi pemikirannya. Kedua; memasukkan unsure guarauan atau canda dalam keseriusan berdebat. Ketika berdebat, Socrates selalu ingin memulai perdebatannya dengan menggunakan teori induksi, yaitu mengambil kesimpulan tentang sesuatu yang bersifat unibersal dari hal-hal yang bersifat individual yang diakhirinya dengan menggunakan definisi yang menjelaskan berbagai problematika social kemasyarakatan dan masalah-masalah personal, seperti keadilan, keberanian, dan kebebasan. Salah satu bukti keberanian Socrates adalah ungkapanya, “Saya tahu bahwa saya adalah tidak tahu.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang telah dicapainya hanyalah merupakan bagian kecil dari keseluruhan pengetahuan manusia. Socrates juga memiliki ungkapan yang terkenal, yaitu: Ketahuilah siapa dirimu!” Kesibukannya yang paling banyak menyita konsentrasinya adalah kajiannya tentang etika. Etika, menurutnya merupakan porsi kajian akal, bukan porsi pembahasan agama. Dari pengetahuanlan, lahir keutamaan. Dan barang siapa mengetahui kebenaran, maka ia tidak akan berlaku dzalim.

Socrates telah menentang kaumnya yang menyembah berhala. Karena itu, oleh para tokoh yang berpengaruh di daerahnya, ia dituduh telah merusak generasi muda, karena mengajak mereka untuk tidak percaya kepada tuhan. Meskipun tuduhan yang benar adalah dia mengajak para generasi muda untuk memberi kritikan kepada penguasa saat itu, mereka akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepadanya dan Socrates pun meminun racun yang membunuhnya secara suka rela. Menurutnya perilaku yang buruk adalah pengetahuan yang bersifat rasional, yang lahir dari kebodohan. Atas dasar itu, tidak ada manusia yang berperilaki jahat dan buruk karena keinginannya sendiri.

Kontribusi paling tinggi dari Socrates adalah pembelaannya terhadap akal yang ia nilai sebagai standar idea tertinggi, dan ilustrasinya yang tinggi tentang target apa yang harus dicapai akal, serta himbauannya agar kita berpikir sehati-hati mungkin, sehingga perilaku kita sesuai dengan keingkaran kita.

4. Immanuel Kant (1724-1804)

Dilahirkan di Konigsberg. Ia mendapat pendidikannya di salah satu Sekolah Menengah Atas di kotanya. Kemudian ia kuliah di universitas yang juga terdapat di kotanya, dimana ia kelak mengajar di sana, dan menjadi guru besar untuk beberapa tahun. Selama masa pendidikannya, ia belajar matematika, ilmu fisika dan juga filsafat. Sejak itu, sepanjang hidupnya, ia memiliki perhatian khusus terhadap dua bidang ini (matematika dan fisika). Teori Kant yang terkenal tentang system tata surya, sebagiannya didasarkan pada pendapatnya tentang alam semesta.

Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh dua aliran dari aliran filsafat Eropa yang sangt dominan di masanya. Pertama, rasionalisme yang didapatkan dari guru-gurunya dalam corak yang dibentuk oleh Leibniz dan Wolff. Kedua, empirisme yang memiliki pengaruh yang sangat kuat pada dirinya, yang ia dapatkan melalui tulisan-tulisan Hume yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.

Paham filsafatnya yang matang dan orisinil pertama-tama tertuang dalam bukunya Kritik der reinen Vernunft (Critique of Pure Reason/Kritik Akal Murni) yang diterbitkan pada tahun 1781. Pahamnya ini lebih dikenal dengan “Filsafat Kritisme” yang merupakan perpaduan dan buka sekadar rangkuman dari kecenderungan rasionalisme dan kecenderungan empirisisme. Menurutnya, dua kecenderungan ini, pada satu sisi telah memberiakan satu penafsiran yang keliru dalam membangun pegetahuan manusia dan substansinya.

Filsafat kritisme ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi kelahiran filsafat idealism Jerman, khususnya bagi Fichte dan para pengikutnya yang memiliki pandangan yang berbeda dengan Kant, dimana mereka berpendapat bahwa diri bukan saja dapat mengenal alam, akan tetapi dapat pula menciptakannya.

Pengaruh dari pendapat Kant yang menentang paham naturalisme sangat kuat, khususnya terhadap para pengikut paham intiutionisme etis yang dating setelahnya. Filsafatnya juga banyak ditolak oleh para filosof etika di berbagai sekolah, khususnya tentang pembedaannya antara akal murni dengan akal amaliah.

Jumat, 13 Maret 2009

Tugas Filsafat I

REFLEKSI PERKULIAHAN PENDAHULUAN FILSAFAT

Ø Apakah Filsafat Itu?

Tujuan ilmu filsafat secara umum adalah hendak mencari pandangan yang benar terhadap alam. Ia hendak menjelaskan arti hidup secara global di segala cakupan dimensinya. Sisi kasatnya maupun berbagai kasus dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Semuanya hendak dijelaskan secara detail. Sesungguhnya filsafat memiliki peranan riil dalam meningkatkan peranan berpikir serta memperluas cakrawala akal. Para cendekiawan Yunani kuno menuturkan, sesungguhnya pengetahuan adalah ibarat pohon dimana filsafat adalah batangnya, sementara cabang-cabangnya adalah ilmu-ilmu pengetahuan dengan beragam jenisnya.

Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan. Secara sederhana hal ini berarti bahwa tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahun tersebut, menemukan hakikatnya, dan menerbitkan serta mengatur semua itu di dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.

Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat. Pemikiran jenis ini berupa meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan lainnya, menanyakan “mengapa”, mencari jawaban yang lebih baik dibandingkan dengan jawaban yang tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadainya pengetahuan, agar kita dapat memperoleh pemahaman.

Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis. Kegiatan kefilsafatan ialah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri.

Ø Tiga Pilar Dalam Filasafat

1. Epistemologi

2. Ontologi

3. Aksiologi

Ø Apakah Hermeneutik Itu?

Secara etimologis, kata ‘hermeneutik’ berasal dari bahasa Yunani ‘hermeneuein’ yang berarti ‘menafsirkan’. Maka kata benda ‘hermenia’ secara harfiah dapat diartikan sebagai ‘penafsiran’ atau ‘intepretasi’. Hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.

Hermeneutik dalam pandangan klasik akan mengingatkan kita pada apa yang ditulis oleh Aristoteles dalam Peri Hermenias atau De Interpretatione. Yaitu bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan itu. Sebagaimana seseorang tidak mempunyai kesamaan bahasa tulisan dengan orang lain, maka demikian pula ia tidak mempunyai kesamaan bahasa ucapan dengan yang lain. Akan tetapi, pengalaman-pengalaman mentalnya yang disimbolkan secara langsung itu adalah sama untuk semua orang, sebagaimana juga pengalaman-pengalaman imajinasi kita untuk menggambarkan sesuatu (De Interpretatione)

Pada dasarnya hermeneutik berhubungan dengan bahasa. Kita berpikir melalui bahasa, kita berbicara dan menulis dengan bahasa, kita mengerti dan membuat intepretasi dengan bahasa. Bahkan seni yang dengan jelas tidak menggunakan sesuatu bahasa pun berkomunikasi dengan seni-seni yang lainnya juga dengan menggunakan bahasa.

Hermeneutik adalah cara untuk ‘bergaul’ dengan bahasa. Bila ‘mengerti’ selalu dikaitkan dengan bahasa, maka bahasa juga membatasi dirinya sendiri. Kita menyadari hal ini, namun semua buah pikiran kita harus diungkapkan dengan bahasa yang ada sesuai aturan tata bahasanya yang berlaku. Kita harus menyesuaikan diri dengan kupasan-kupasan linguistik dan terpaksa pula mengadakan pembaharuan yang relatif sangat kecil kemungkinannya.

Ø Francis Bacon (1561-1626 M)

Filosof asal Inggris, pendiri paham materialism modern dan ilmu eksperimen. Pada pemerintahan James I, ia dipercaya membawa stempel kerajaan. Pada tahun 1620, ia menerbitkan sebuah risalah yang berjudul Novum Organon (Al-Organon Al-Jadid/New Organon). Judul ini merujuk ke buku Aristoteles, “Organon” yang berarti alat atau instrument. Dalam bukunya ini ia menjelaskan persepsi baru tentang fungsi ilmu, dan meletakkan dasar-dasar metode induksi ilmiah.

Bacon menyebutkan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menambah kemampuan manusia dalam menguasai alam. Ia berkeyakinan bahwa untuk mencapai target ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan belajar yang dapat membuka rahasia tentang sebab segala sesuatu.

Kemudian, ia menentang kecenderungan dari sistem pengajaran scholastik. Menurutnya, sistem pengajaran klasik memiliki dua kelemahan. Pertama, keterputusan, dimana seorang pengajar memulai pelajarannya dengan menyampaikan pandangan yang berbeda-beda dari para ilmuan dengan cara yang sama ketika laba-laba merajut sarangnya. Kedua, empirisme atau kajian empirik, yaitu dengan menyampaikan berbagai kasus realita yang tidak memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya. Atas dasar ini, Bacon mengajak kepada kecenderungan formalis dalam sistem pengajaran di sekolah-sekolah.

Ø Immanuel Kant

Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan pencerahan adalah Immanuel Kant (1724-1804). Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada segala pemikiran filsafati di zaman yang lebih kemudian. Ia sendiri memang merasa, bahwa ia meneruskan pencerahan.

Filsafat Kant disebut kritisisme. Secara harfiah kata kritik berarti “pemisahan”. Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatannya kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan.